Terkadang apa yang terjadi tidak seperti yang
diinginkan. Semua berjalan tanpa pernah direncanakan. Semua baik dan buruk akan
mengilang dengan sendirinya ditelan kegelapan malam . Terkadang ada yang
berpikir untuk menghentikan waktu. Menghentikan waktu takkan pernah merubah
apapun hanya menunda semuanya berlalu untuk beberapa saat dan akan menjadi
suatu kesia-siaan. Semua didunia ini tak ada yang abadi. Apa yang
diperjuangkan, apa yang diinginkan, semua hanyalah sementara. Dalam beberapa
saat semua dapat berubah dan lenyap. Datang lalu pergi. Hello and goodbye.
Terang dan gelap. Semua tak pernah menjadi sama selamanya.
----
Hai aku Michelle. Aku bukan sesuatu yang sempurna.
Hanya melakukan apa yang menurutku perlu. Semua berlalu begitu cepat bahkan aku tak sempat mengedipkan mataku walau hanya sesaat. Mengapa dunia begitu tak
adil? Aku ingin seperti yang lain. Aku ingin tersenyum tulus dari hati bukan
hanya fake smile. Tapi mengapa aku
tak bisa? Mengapa semua direnggut dariku begitu cepat? Semua yang kusayang,
semua yang ku miliki, semua yang membuatku bertahan hidup.
2 tahun yang lalu …
Taman Ovalie
“Ngelamun aja”, kata seseorang dari belakangku sambil
mencubit kedua pipiku.
“Kak Michael ? Kapan sampai?”, tanyaku saat mengetahui
siapa yang melukan hal tersebut.
Dia merangkulkan tangganya keleherku dari belakang .
“Kalau kukasih tau apa yang mau kamu lakuin? Yang penting sekarang aku disini bersamamu”,katanya.
Dia adalah temanku bermain sejak 3 tahun yang lalu.
Sejak awal aku sudah menganggapnya saudara sendiri.
“Apalah katamu. Kuliahnya?”, tanyaku.
“Lancar kok, nggak perlu khawatir. Kamu udah nggak
makan berapa hari? Kurus banget”, katanya sambil duduk disebelahku.
“Entahlah. Akhir-akhir ini aku lupa makan”, jawabku
sambil tetap memandang kedepan. Ke sungai Ovalie. Sungai yang melewati taman
ini.
Michael menyandarkan kepalanya di pundakku.
“Jangan membuatku kepikiran. Nanti hidupku tambah
susah”, katanya.
“Biarin. Kan kamu yang susah bukan aku”, kataku sambil
tetap menatap kedepan.
“Awas ya, aku akan membuatmu memikirkanku bahkan
sampai tidak tidur”, katanya sambil mengacak-acak rambutku.
“Lakukan saja kalau bisa”, kataku sambil tertawa
memandangnya.
Entah apa hubunganku dengannya. Terkadang aku merasa
dia menyukaiku tapi aku tak bisa membalasnya. Aku sudah terlanjur bilang kepada
mantannya jika aku tak akan bersamanya. Tapi bahkan aku tak bisa menolak segala
perhatiannya padaku. Mungkin karena aku terlalu kesepian. Semua terlalu sibuk
tanpa bisa memikirkan bagaimana perasaanku. Semua hanya bisa memerintah dan
memaksakan kemauan mereka. Jika aku mengatakan semua ini berat takkan ada yang
memedulikanku. Semua perkataanku hanya akan berlalu tanpa ada yang mengerti.
Michael berdiri dan mengulurkan tangannya.
“Ayo makan”, katanya. Aku tetap diam. Lalu dia
langsung menggendongku.
“Hei turunin!”, teriakku.
“Makanya berdiri”, katanya setelah menurunkaku sambil
memegang kepalaku dengan tangan kanannya lalu menjulurkan lidah. Dia
megandengku pergi dari tempat itu dan semua berlalu begitu saja.
“Mau makan apa?”, tanyanya.
“Terserah”, jawabku.
Lalu dia memesan makanan dan aku mencari tempat duduk
dan menunggunya disana.
Dia menghampiriku dan duduk didepanku.
“Ada masalah?”, tanyanya. Aku hanya menggeleng.
“Terus kemana saudaraku yang biasanya cerewet?”,
tanyanya .
“Hilang ditelan bumi”, jawabku.
“Hais , nggak boleh gitu”, katanya sambil
mengacak-acak rambutku.
Selesai makan dia menemaniku jalan pulang kerumah.
Sepanjang jalan tak ada satu patah katapun yang
terucap. Dia hanya berjalan disampingku.