7.21.2015

Sorry [Part 1] (Bahasa)

Terkadang apa yang terjadi tidak seperti yang diinginkan. Semua berjalan tanpa pernah direncanakan. Semua baik dan buruk akan mengilang dengan sendirinya ditelan kegelapan malam . Terkadang ada yang berpikir untuk menghentikan waktu. Menghentikan waktu takkan pernah merubah apapun hanya menunda semuanya berlalu untuk beberapa saat dan akan menjadi suatu kesia-siaan. Semua didunia ini tak ada yang abadi. Apa yang diperjuangkan, apa yang diinginkan, semua hanyalah sementara. Dalam beberapa saat semua dapat berubah dan lenyap. Datang lalu pergi. Hello and goodbye. Terang dan gelap. Semua tak pernah menjadi sama selamanya.

----

Hai aku Michelle. Aku bukan sesuatu yang sempurna. Hanya melakukan apa yang menurutku perlu. Semua berlalu begitu cepat bahkan aku tak sempat mengedipkan mataku walau hanya sesaat. Mengapa dunia begitu tak adil? Aku ingin seperti yang lain. Aku ingin tersenyum tulus dari hati bukan hanya fake smile. Tapi mengapa aku tak bisa? Mengapa semua direnggut dariku begitu cepat? Semua yang kusayang, semua yang ku miliki, semua yang membuatku bertahan hidup.

2 tahun yang lalu …

Taman Ovalie
“Ngelamun aja”, kata seseorang dari belakangku sambil mencubit kedua pipiku.
“Kak Michael ? Kapan sampai?”, tanyaku saat mengetahui siapa yang melukan hal tersebut.
Dia merangkulkan tangganya keleherku dari belakang .
“Kalau kukasih tau apa yang mau kamu lakuin? Yang  penting sekarang aku disini bersamamu”,katanya.
Dia adalah temanku bermain sejak 3 tahun yang lalu. Sejak awal aku sudah menganggapnya saudara sendiri.
“Apalah katamu. Kuliahnya?”, tanyaku.
“Lancar kok, nggak perlu khawatir. Kamu udah nggak makan berapa hari? Kurus banget”, katanya sambil duduk disebelahku.
“Entahlah. Akhir-akhir ini aku lupa makan”, jawabku sambil tetap memandang kedepan. Ke sungai Ovalie. Sungai yang melewati taman ini.
Michael menyandarkan kepalanya di pundakku.
“Jangan membuatku kepikiran. Nanti hidupku tambah susah”, katanya.
“Biarin. Kan kamu yang susah bukan aku”, kataku sambil tetap menatap kedepan.
“Awas ya, aku akan membuatmu memikirkanku bahkan sampai tidak tidur”, katanya sambil mengacak-acak rambutku.
“Lakukan saja kalau bisa”, kataku sambil tertawa memandangnya.

Entah apa hubunganku dengannya. Terkadang aku merasa dia menyukaiku tapi aku tak bisa membalasnya. Aku sudah terlanjur bilang kepada mantannya jika aku tak akan bersamanya. Tapi bahkan aku tak bisa menolak segala perhatiannya padaku. Mungkin karena aku terlalu kesepian. Semua terlalu sibuk tanpa bisa memikirkan bagaimana perasaanku. Semua hanya bisa memerintah dan memaksakan kemauan mereka. Jika aku mengatakan semua ini berat takkan ada yang memedulikanku. Semua perkataanku hanya akan berlalu tanpa ada yang mengerti.

Michael berdiri dan mengulurkan tangannya.
“Ayo makan”, katanya. Aku tetap diam. Lalu dia langsung menggendongku.
“Hei turunin!”, teriakku.
“Makanya berdiri”, katanya setelah menurunkaku sambil memegang kepalaku dengan tangan kanannya lalu menjulurkan lidah. Dia megandengku pergi dari tempat itu dan semua berlalu begitu saja.

“Mau makan apa?”, tanyanya.
“Terserah”, jawabku.

Lalu dia memesan makanan dan aku mencari tempat duduk dan menunggunya disana.

Dia menghampiriku dan duduk didepanku.
“Ada masalah?”, tanyanya. Aku hanya menggeleng.
“Terus kemana saudaraku yang biasanya cerewet?”, tanyanya .
“Hilang ditelan bumi”, jawabku.
“Hais , nggak boleh gitu”, katanya sambil mengacak-acak rambutku.

Selesai makan dia menemaniku jalan pulang kerumah. Sepanjang jalan tak ada satu patah katapun yang  terucap. Dia hanya berjalan disampingku.




Bersambung ...



Audio version Sorry [PART-1] Bahasa